Rss

Rabu, 23 Januari 2013

Selamat Menjadi Orang Aneh!

Di sebuah café terkenal di bilangan MH Thamrin Jakarta, malam pukul 19.00 WIB, digelar pentas dangdut dengan menampilkan penyanyi dangdut Inul Daratista yang terkenal dengan goyang ngebornya. Penontonnya ratusan, ada artis, ada aktor film, ada tokoh LSM, ada pejabat pemerintah, ada anggota DPR, ada pengusaha, ada seniman, dan sebagainya. Penonton bersorak bergembira, semuanya berjoget bergoyang, mengikuti tingkah Inul Daratista di atas panggung.

Nun jauh disana, di sebuah masjid di pinggiran Jakarta, malam pukul 19.00 WIB NurAzizah tengah mengajarkan ilmu tahsin kepada sepuluh muridnya yang masih kecil-kecil. Suara NurAzizah parau. Sudah seminggu ia terserang sakit batuk pilek. Tapi, ia memaksa diri untuk terus datang ke masjid, mengajarkan murid-muridnya ilmu agama. Tidak ada sesuatu yang diharapkan dari murid-muridnya, kecuali ia berharap murid-muridnya serius dan sabar dalam menuntut ilmu Islam.


Sepenggal cerita diatas pasti sering kita lihat di kehidupan kita sehari-hari. Ada si Inul yang memilih dunia entertainment sebagai jalan hidupnya. Ada si Nur yang memilih dunia dakwah sebagai jalan hidupnya. Ada si Somad yang memilih profesi pencopet guna mendapat nafkah. Ada si Dadan yang memilih menulis artikel ini guna mendapat rido Allah (Insya Allah).


Persoalannya, di zaman sekarang ini kebanyakan manusia tidak tahu, tidak mengerti dan tidak peduli mana kebaikan, mana keburukan? Mana kebenaran, mana kesalahan? Mana keuntungan, mana kerugian? Kaum wanita saat ini tak malu lagi membuka aurat selebar-lebarnya guna tampil modern, sementara jilbab dianggap sebagai pakaian kuno dan menindas kehormatan wanita. Kaum politikus di DPR atau pejabat pemerintah saat ini tak segan lagi untuk melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme, sementara iman dan taqwa dianggap sudah tidak relevan lagi bagi kaum muslimin. Kaum pemikir, cendekiawan dan ulama saat ini tak takut lagi memelintir ayat AL-Quran dan teks Hadist guna kepentingan pribadi atau kelompoknya, sementara Khilafah Islamiyah dianggap Cuma wacana dan romantisme sejarah.

Mengapa ini bisa terjadi. Jawabannya, manusia telah melupakan, meninggalkan, mencampakkan hukum dan aturan yang telah dibuat oleh si penciptanya, Allah SWT. Manusia juga telah merendahkan, menghinakan seorang utusan Allah yang mulia yaitu Nabi Muhammad SAW. Manusia lebih senang menggunakan menggunakan hukum dan aturan yang dibuat oleh dirinya sendiri.

Lalu apa akibatnya jika manusia dibiarkan melakukan sesuatu tanpa hukum dan aturan dari Allah SWT? Jawabannya adalah kehancuran. Lihatlah negeri Indonesia ini. Kemunkaran dan kemaksiatan ada dimana-mana dan sudah membudaya. Kriminalitas dan demoralisasi terjadi mulai dari tingkat rakyat yang miskin hingga pejabat yang kaya raya.

Sesungguhnya Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia agar mereka selamat dan menjadi kaum yang beruntung. Hal itu karena Allah sangat pengasih dan penyayang terhadap manusia, hambanya. Ketika manusia diciptakan, Allah tidak membiarkan manusia hidup bebas tanpa aturan seperti binatang. Manusia diberikan sebuah hukum dan aturan (Islam) yang dapat dipakai untuk mengarungi hidup ini secara baik dan benar.

Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107)


Sungguh aneh sekali kalau ada manusia yang memilih bersusah payah untuk melakukan kemaksiatan, kemunkaran, kezaliman demi mencari harta, tahta dan wanita. Padahal, apa yang diusahakannya itu nantinya akan sia-sia, bahkan balasannya adalah neraka. Dan sungguh beruntung sekali kalau ada manusia yang memilih bersusah payah melakukan amar makruf nahi munkar demi mencari rido Allah SAW. Manusia jenis ini tentunya adalah manusia yang mulia dan balasannya Surga. Tapi, orang yang berbuat maksiat, munkar dan zalim saat ini punya konotasi wajar ditengah masyarakat. Sementara, orang yang beriman, bertaqwa dikonotasikan aneh. Jadi, bagi yang merasa jadi orang yang beriman, bertaqwa: selamat jadi orang aneh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar