Rss

Kamis, 02 Mei 2013

Catatan Kecil Seorang Syabah


Waktunya Pulang Sayang
“Papa,, aku rindu” lirihku
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. 18 tahun berlalu aku lalui tanpa kasih sayang seorang ayah. Airmata yang menggantung di kelopak mata tidak sabar untuk segera membanjiri pipi. Alangkah rindu ini menyesakkan dada. Hanyalah sebuah foto lusuh yang aku punya. Hanya foto itu yang bisa ku peluk ketika rindu. Hanya foto itu yang bisa aku cium dengan airmata. Yang aku tahu hanyalah “Allah lebih mencintai beliau daripada aku”.
“Papa,, apakah engkau rindu juga padaku???” tanyaku pada langit malam yg kelabu
Kadang rasa iri bergelayut dalam hati ketika melihat anak-anak yang merengek manja di pelukan ayahnya. Hanya seulas senyuman yang terpancar dari wajah melihat pemandangan indah itu. Aku juga ingin merasakan itu, sangat ingin merasakan.
Kasih sayang seorang Ibu pun jarang kurasakan. Adanya Broken Home yang terjadi membuat komunikasi antara aku dengan beliau sangat kurang. Kakak pun telah dipanggi Allah untuk menemani ayahku di atas sana. Tidak ada lagi yang bisa ku jadikan tempat rengekan, tidak ada lagi manusia yg bisa ku jadikan tempat bermanja. Aku sendiri...
***
“Nayla,, hari ini kita halaqoh di pelataran masjid kampus jam 16.00” Afrah mengingatkan
“Insya Allah. Oh iya, sudah hafal surat Al-Baqarah 214 belum??” tanyaku
“astaghfirullah!  Ana lupa,, ayat itu membahas tentang apa nay?”
“Surat Al-Baqarah 214 membahas tentang Ujian yang akan Allah berikan kepada orang-orang yang mengaku beriman. Sama ana ada tafsirnya,, kalau mau antum bisa pinjam sekaligus di hafal, karena itu akan menjadi bahan review dalam halaqoh nanti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas.
“Syukron” jawab afrah dengan senyum
Percakapan singkat yang bisa menggambarkan sosokku dalam cerita ini seperti apa.
Ya,, aku adalah seorang pengemban dakwah. Pengemban dakwah ideologis, pengemban dakwah yang memperjuangkan tegaknya Hukum Allah di muka bumi ini, pengemban dakwah yang akan membunuh sistem kufur yang sedang mencengkram dunia. Tidaklah perlu aku sebutkan nama harokah yang aku terjuni, cukup hanya itu.
Aku sangat bersyukur kepada Allah, karena Allah mengizinkanku untuk menggapai hidayah yang manis itu. Hidayah mengenal Islam, hidayah mengenal Iman,  yang ku rasakan itu adalah hadiah yang tiada taranya di dunia ini.
Dengan mengenal Islam lebih dalam sekarang aku sadar pada siapa seharusnya aku harus merengek, pada siapa aku harus menangis, pada siapa aku harus bermanja, pada siapa aku harus mengadu. Allah,, Engkau begitu sempurna di mataku, sangat Sempurna.
Karena itu, sangat jarang aku  mencurahkan masalah pada manusia. Aku terlalu tertutup, memendam rasa itu sendiri. Sehingga tidaklah mengherankan sikap itu membuat aku mendapat penilaian dari teman-teman, pendiam dan keras dalam pendirian.
***
“Dalam parlemen sekarang lagi berlangsung penggodokan RUU ORMAS, dimana dalam  waktu dekat akan diresmikan dan disahkan oleh pemerintah. RUU ORMAS memicu penolakan dari berbagai ORMAS Islam. ORMAS Islam menolak RUU ORMAS dikarenakan banyak pasal-pasal yang tidak sesuai dan hanya memihak “orang-orang” tertentu”.
Begitulah berita yang aku dengar di siaran televisi. Sekarang lagi gempar-gemparnya tentang RUU ORMAS. Kesal, marah, jengkel menyatu dan bercampur aduk di hati dan fikiranku. Sangat jelas ketidakmasuk akalan pemerintah tentang RUU ORMAS. RUU ORMAS yang menjadikan pancasila sebagai asas utama dan yang paling utama oleh sebuah ORMAS. Jikalau tidak maka ORMAS itu akan dibubarkan. Sangat tidak masuk akal! Seharusnya Islam yang menjadi asas bukan pancasila. Dengan demikian, jikalau ada ORMAS yang menjadikan asasnya adalah Islam maka secara otomatis akan dibubarkan.  Otaknya pemerintah itu sebenarnya ada dimana???
Nada sms berbunyi mengagetkanku dari hayalan tentang RUU ORMAS.
“Assalamu’alaikum dek, hanya mengingatkan kembali jangan lupa persiapkan diri karena jam 11.00 antum jadi pemateri diskusi tematik”
Ternyata sms dari kak syifa. Beginilah rutinitasku, tiada hari tanpa dakwah!
Dengan cepat ku persiapkan semuanya yang aku butuhkan selama diskusi nanti. Hari ini aku menjadi pemateri sebuah diskusi yang rutin harokah kami lakukan setiap minggu.  Aku akan membawakan materi tentang DEMOKRASI SISTEM KUFUR. Materi-materi telah aku pelajari semenjak malam kemarin. Namanya berdakwah haruslah ada yang dapat menyokong pemikiran, meskipun hanya sekedar membaca materi atau membrowsing di internet.
Diskusi biasanya dihadiri oleh mahasiswi dari berbagai kampus. Sekedar informasi kegiatan yang aku lakukan dengan teman-teman seperjuanganku ini hanya dikhususkan untuk akhwat. Ada pun yang ikhwan itu ada jalurnya tersendiri. Biasanya gabung tapi itu jarang, itupun jikalau kegiatan bersama. Kita semua pahami bahwa dalam Islam ada aturan tentang pergaulan antara perempuan dan laki-laki.
Diskusi akan segera dimulai. Banyak mahasiswi yang datang dari berbagai kampus, aku lihat ada juga yang berpakaian putih abu-abu yang menandakan ada juga Siswa SMA yg datang. Dengan mantap aku paparkan segala sesuatu yang aku ketahui tentang demokrasi. Dimulai dari fakta yg dihasilkan oleh demokrasi tersebut, sejarah yang telah berlalu, analisis fakta sekaligus solusi. Solusi yang aku tawarkan bukanlah solusi yang main-main. Solusi yang aku tawarkan adalah solusi yg Perfect, yang bisa mencakup semua, yg bisa menyelesaikan masalah umat. ISLAM, itulah solusi mutlak yang aku tawarkan kepada para peserta.
Banyak tanggapan yang aku dapatkan, ada yang pro dan ada yg kontra.
“Afwan ustadzah, saya mau tanya. Tadi ustadzah menjelaskan bahwa demokrasi sistem kufur, demokrasi adalah sistem sampah yang harus dibuang. Akan tetapi, kita lihat kondisi sekarang banyak partai politik islam yang menggunakan demokrasi. Itu bagaimana? Apakah pandangan ustadzah dengan mereka berbeda? Kalau difikir sama-sama beragama Islam.” Tanya salah seorang peserta diskusi
“Pertanyaan yg bagus, tapi sebelum menjawab ada baiknya saya katakan dulu suatu hal. Jangan panggil saya ustadzah, panggil saya kakak saja. Oke, beranjak ke pertanyaan. Partai politik islam yang menggunakan demokrasi. Memang di lapangan banyak partai politik islam yang bergelut dengan demokrasi, dengan kata lain bermain dalam parlemen. Disini kita bisa melihat bahwa memang kita sama-sama beragama Islam, tapi cara pandangnya kita berbeda.
Saya paparkan kembali Firman Allah :
Dan barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan(hukum) Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (QS al-Maidah [5]: 44).
Kita bisa tinjau dari Firman Allah ini. Mari kita analisis, disini dikatakan bahwa orang kafir itu adalah orang yang tidak menggunakan hukum Allah. Demokrasi sekarang memakai hukumnya siapa? Apakah hukumnya Allah? Sekali-kali tidak, hukumnya Allah dibuang adek-adek sekalian. Kafir disini merupakan perkataan tegas yang menunjukkan kewajiban umat Islam menggunakan hukum Allah bukan hukum buatan manusia. Bagaimana dengan partai politik islam di dalam parlemen? Bisa saya katakan mereka tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tunduk di bawah patung burung garuda. Mau menerapkan hukum Allah dengan cara masuk parlemen itu susah, bahkan mustahil. Ditinjau dari fakta di lapangan demokrasi tidak mau menerima Islam. Partai-partai politik yang melabeli mereka dengan islam bukan memperbaiki umat tapi malah tambah merusak umat. Example, mereka melegalkan UU Terorisme yang notabene menginjak-injak harga diri umat islam. UU Terorisme menghalalkan nyawa umat islam atas nama densus 88. Inilah wajah demokrasi sebenarnya! Menurut meeka demokrasi itu layak bagi umat, iya layak memang. Layak membunuh! Padahal bisa di lihat tanpa memakai kacamata demokrasi itu rusak, layak di musnahkan.
“Mmmmmm, ada benarnya juga apa yang kakak jelaskan. Syukron kak, saya sekarang bisa paham walaupun sedikit” kata penanya
“Kalau adek mau, kita bisa lanjut sharing tentang demokrasi di luar forum ini, bagaimana?” tanyaku
“Wahh, saya mau kak. Insya Allah” Jawabnya
“Insya Allah” Jawabku kembali
Dalam hati aku berkata “Alhamdulillah dapat calon kontakan nih” (hehehehe).
Tiba-tiba ada suara yg muncul dari arah belakang.
“Afwan, saya mau menyanggah pernyataan kakak tadi. Saya mengambil kesimpulan bahwa kakak mengatakan partai politik islam yang bergelut dalam parlemen itu melakukan kesalahan. Kesalahan disini karena bermain dengan demokrasi. Disini saya tidak setuju, karena pada faktanya mereka itu lebih baik daripada hanya tau bicara saja. Berkoar-koar kesana kemari tapi no action saya rasa lebih buruk. Saya berikan perumpamaan, negara ini anggaplah sebuah rumah yang kotor, kalau ingin membersihkan ya harus masuk ke dalam, berani berkotor ria, yang penting bersih. Daripada Cuma bisa teriak-teriak di luar.” Tanya seorang peserta dengan nada agak marah
“Ehem, pertanyaan yg sangat bagus bahkan sampai pakai logika perumpamaan” jawabku dengan senyuman
“Logika perumpamaan akan seimbang jika disandingkan dengan logika perumpamaan juga. Bukan begitu?? Tapi saya tidak butuh jawaban, karena pasti apa yang saya katakan benar adanya. Logika perumpamaan “negara ini anggaplah sebuah rumah yang kotor, kalau ingin membersihkan ya harus masuk ke dalam, berani berkotor ria, yang penting bersih.”, saya pun memakai logika perumpamaan yang sama. Anggaplah negara ini sebuah rumah yang dihuni oleh para perempuan-perempuan pelacur, nah jikalau memakai logika perumpamaan seperti yg antum fikirkan, secara otomatis antum harus jadi pelacur dulu baru bisa membersihkan rumah yang dihuni oleh para pelacur tersebut. Berani berkotor ria, yang penting bersih. Apakah begitu? Sekali-kali tidak. Jangan pernah mencampur adukkan antara haq dan batil. Kita harus ketahui bahwa standar perbuatan manusia itu hanyalah dua, halal & haram. Kalau halal ya halal, nggak boleh diharamkan, kalau haram ya haram, nggak boleh dihalalkan. Jangan pernah jadi abu-abu dalam masalah keimanan. Mendukung demokrasi sama dengan menggadaikan aqidah kita hanya demi kekuasaan. Mau membersihkan negara atau dunia dari demokrasi jalannya harus sesuai, nggak boleh keluar dari jalur Islam. Bisa jadi membuat kesalahan yang fatal. Kalaupun partai politik yang melabeli partai dengan islam seharusnya berpihak pada umat. Sekarang apa yang kita rasakan? Sejahtera? Kita malah tambah susah, BBM naik, Kenaikan Listrik, masalah korupsi yg nggak habis-habis. Kemana partai politik yg berlabel islam itu?? Mungkin bisa dijawab sendiri” jawabku santai
Ku lihat peserta yang bertanya diam seribu bahasa. Ku lemparkan seulas senyum untuknya.
“Ya, afwan sebelumnya adek-adek. Waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB, itu tandanya waktu diskusi kita sudah hampir habis. Terima kasih untuk adek-adek semua serta teman-teman yang ikut berpartisipasi datang dan bertanya. Kami berharap diskusi seperti ini akan selalu menjadikan ajang silaturahmi dan bertukar pikiran akan Islam. Kami memohon maaf apabila ada kata-kata yang salah. Kesalahan dari kami pribadi dan kebenaran datangnya dari Allah Subhanallahu wa ta’ala. Kami tutup dengan mengucapkan istighfar, do’a kafaratul majlis dan hamdallah (Alhamdulillah), wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuhu” kata moderator menutup diskusi.
***
Hari yang cukup melelahkan bagiku. Ku langkahkan kaki ke arah kost yang tidak jauh dari kampus, ku rasakan badanku tidak enak. Setelah sampai aku rebahkan tubuh, capek yang sangat terasa. Mungkin tidur sejenak bisa merubah kondisi menjadi lebih baik.
“Papa telepon,,, papa hua telepon papa tau, kama telepon fut cooome,, papaaaa telepoooon cak cak dulumn” suara bayi yang merupakan nada dering HP yang buatku terbangun.
“Afrah”
Nama yang tertera di layar HP, belum sempat di angkat sudah keburu mati.
Tidak lama nada Sms berbunyi
“Nay,, dimana?? Udah jam 15.30 nih, cepetan datang”
Baca sms itu aku langsung bangun dan menyambar handuk. Aku lupa sore ini halaqoh, segera ku bersiap-siap dan berangkat menuju kampus.
Perhalaqohan ku rasakan seperti “carsh” yang bisa mengisi semangatku kembali. Bercanda dan mendiskusikan permasalahan umat, menambah tsaqofah dan membuat aku semakin paham bahwa Islam adalah agama yang paling Sempurna. PERFECT!
“Nay,, kamu nggak apa-apa? Kok pucat?” tanya musyrifah
“Pucat kak? Masa sih? Ah nggak apa-apa, Cuma sakit sedikit kok” sanggahku
“Jangan bohong dek, wajahmu itu pucat sekali. Kalau sakit istirahat dulu, umat butuh kita loh. Kalau nay sakit itu berarti umat kehilangan 1 pejuang. Mau kayak begitu?” Tanya musyrifah
“Nggak mau kak” jawabku sambil cengengesan
“Makanya istirahat yang cukup” tegasnya
***
Huuuufffttt...
Tidak terasa 2 minggu berlalu, sakitku belum ada tanda-tanda kesembuhan.  Demam, sakit kepala, mual, muntah dan mimisan yang ku alami belum ada tanda-tanda ke arah yang lebih baik. Kurasakan semakin parah.
Kondisiku sampai juga ke telinga musyrifah lewat seorang teman, beliau mengajakku untuk mengikuti terapi yang kebetulan musyrifah dari musyrifahku yang mengelola. Akupun mengiyakan karena pada dasarnya aku tidak tertarik ke dokter.
“Dek, sudah lama sakit seperti ini?” tanya ustadzah
“sekitaran 2 minggu ustadzah,, ada apa?” tanyaku
“Ndak apa-apa” jawab ustadzah dengan senyum simpul
Senyum yang aneh, begitulah yang terbersit dalam kepalaku
“Hasilnya gimana mbak?” tanyaku | kebetulan orang jawa makanya di panggil “mbak”.
“Antum itu maagnya bengkak, liver juga, terus kelenjar getah beningnya juga bengkak” jelas ustadzah
“Jaga kondisi loh dek,, jangan terlalu capek” sambung musyrifahku
*Kelenjar getah bening  bengkak*
Kalimat itu menggangguku. Ku ingat bahwa pada saat kakakku di vonis leukemia salah satu ciri yang dokter sebutkan adalah kelenjar getah bening membengkak.
Ah tidak,, segera ku buang jauh fikiran itu. Ustadzah memberikan obat herbal 2 botol untuk ku minum.
“Habiskan obat itu, jangan malas!” kata ustadzah yang ku sambut dengan tawa
Apa yang ustadzah katakan sangat menggangguku.
“Kelenjar Getah Bening bengkak”
Apakah ada hubungannya dengan leukemia?
Entahlah...
***
Hujan..
Tempat ini sangat indah jika hujan turun, rasanya ingin bermain-main ria menikmati rintik-rintik hujan. Tapi sayang, aku hanya bisa menatap itu dari balik kaca kamarku.
Ya,, sekarang aku hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Hasil test darah yang mengatakan aku positif leukemia memaksaku untuk menetap di kamar.
Aku rindu dengan teman-teman, aku rindu dakwah, aku rindu anak-anak kajianku. Aku rindu semua itu.
“Ya Allah,, izinkan hamba untuk merasakan kembali semua itu” pintaku dengan tangis
***
Tapi di balik semua itu aku bersyukur, karena aku bisa mengenal salah seorang kakak. Meskipun hanya lewat dunia maya, tapi kehadirannya sangat kurasakan. Perhatiannya, kasih sayangnya, galaknya, aku suka itu.
Kadang aku rewel, kadang aku ngambek, kadang pun aku tertawa bersamanya. Meskipun hanya dunia maya tapi aku bersyukur. Aku merasa mendapatkan kasih sayang dari seorang kakak.
Kita pernah chatting lewat YM
*Dek,, istirahat dulu. Online terus, kapan sembuhnya kalau begini?
#nggak apa-apa,, nay nggak punya temen :’( | Bete sendiri
*Udah,, kakak nggak mau dengar alasan lagi, matikan laptop trus istirahat
#nggak mau :P
*Adeeeeeekkk, bandel banget sih!!! Kakak itu sedih kalau dengar adek sakit-sakit terus begini L
#Nay nggak apa-apa, nay nggak sakit! X-(
*Gini aja,, kalau nay sembuh, kakak akan kasih hadiah. Gimana??? Mau??
Dengar kata hadiah, hatiku langsung gembira bukan main.
#mauuuuuuuuuuuuuuuuu,,,janji ya??
*Janji deh, yang penting sembuh dulu
#nay mau boneka kakak
*Loh,, kok malah nay yang nentuin,, kan yg ngasih kakak,, piye to?
#pokoknya nay mau boneka!! :’(
*Iya... iya... aduuuhhh... susah juga punya adek manja seperti ini.
#Biarin :P
Itulah percakapan singkat. Lucu, senang dan gembira aku rasakan, hitung-hitung sebagai pelipur hati.
Kesembuhan dikarenakan hadiah boneka, mungkin itu yang membuatku semangat. Kesehatanku berangsur membaik. Dan bisa lagi berkumpul dan berdakwah kembali. Alhamdulillah..
Boneka pun kudapatkan sudah,, Boneka bintang warna biru. Kemanapun aku membawa boneka itu, ke kost, ke mabit, kemana saja.
*Nay,,, ingin menjadi seperti bintang sirius yang tetap bercahaya terang seburuk apapun cuaca di atas sana*
*Kakak akan jadi langitnya dek,, langit hanya tau bahwa dia hanya mempunyai 1 bintang sirius*
***
Gelap ku rasakan, sepi dan sunyi. Aku dimana???
Sesaat cahaya terang benderang menyilaukan mata muncul, jelas dan semakin jelas.
“Cahaya lampu”
“Sudah bangun nak??” sapa lembut bunda
“Bunda..” lirihku
“Nay,, ada dimana??” tanyaku bingung
“Nay ada di Rumah Sakit sayang,, 3 hari lalu nay mimisan sama muntah-muntah terus pingsan di kampus” terang bunda
“Nay mau pulang” lirihku
“kenapa?? Kan masih sakit” Kata bunda sambil geleng kepala
“Pokoknya nay mau pulang,, nay nggak apa-apa. Nay masih bisa berdiri,, nay masih bisa senyum itu berarti nay nggak apa-apa. Nay nggak perlu pake infus segala,, nggak perlu pake selang oksigen” Ucapku sambil menangis
Bunda langsung memeluk tubuhku yang semakin hari semakin kurus. Mengusap rambutku yang semakin hari semakin tipis.
“Belum bisa pulang sayang,, sembuh dulu” Ucap bundaku lembut
Aku terisak-isak dalam pelukan bunda, aku baik-baik saja. Kenapa harus di pasang alat-alat yang mengerikan ini. Begitu banyak obat yang aku konsumsi, tapi tidak menunjukkan perubahan sedikitpun.
***
Kesembuhan pun datang menghampiriku..
“Assalamu’alaikum,,, teman-teman seperjuangan semua,, nay pengen liat laut nih,, sunset sekalian bintang,, ada yang mau temanin nayla nggak???”
“klik”
Ku kirim sms singkat itu ke semua teman-teman (syabah), berharap ada yang menanggapi.
Nada dering berulang kali berbunyi, pertanda banyak yang menanggapi. Ternyata mereka mau semua. Akhirnya di rencanakanlah sore ini akan pergi ke laut melihat sunset sekaligus bintang.
Teman-teman begitu antusias menemaniku, dengan bersepeda ria kita menuju ke tempat yang direncanakan. Sangat menyenangkan, tertawa bersama, bercanda, bernyanyi-nyanyi ria. Sungguh tidak akan pernah ku lupakan hari ini.
Suasana laut yang membuat hatiku tenang, teduh dan damai. Di temani selaksa tawa bersama teman-teman seperjuangan. Canda tawa terpatri dalam hati, senyum manis menghiasi wajah cantik teman-temanku. Aku melihat keceriaan yang begitu mempesona dari pertemanan ini.
Aku melihat hamparan laut dan hanya 1 kata yang keluar dari bibir pucatku “Subhanallah”. Betapa indah laut yang berada di depanku. Ombak yang menghantam batu karang dengan kerasnya, ombak yang menari-nari di bawah kakiku.
Ada perasaan yang terbesit dalam hati, bahwa ini adalah waktu terakhirku melihat pemandangan seperti ini. Dari tempat duduk aku mengabadikan semua canda tawa teman-temanku yang bergembira ria.
“Aku bangga mempunyai teman-teman seperti kalian,, kalian masih bisa tersenyum walaupun di pundak kalian ada beban yang berat. Aku bangga melihat ketegaran kalian, senyum dan canda tawa kalian saat ini menandakan kalian itu adalah umat pilihan, tetap istiqomah kawan, aku sayang kalian semua” batinku dalam hati
Akupun segera berlari kecil menghampiri mereka yang sedang main-main air. Basah-bahasan dengan cara saling memercikkan air ke satu sama lain.
“Nay,, ikut donk” kataku sambil ikut menceburkan diri bersama mereka
Sangat indah, aku tidak ingin ini berakhir. Setidaknya ada yang bisa aku ingat bahwa aku pernah merasakan indahnya laut dan gembiranya canda tawa hari ini.
“Eh,, foto-foto yuk” kataku
“Ayooooooo” jawaban serentak yang berhasil mengundang tawaku
Foto demi foto tersimpan sudah dalam memori HP, otak dan Hati ini. Gaya gokil, serius, militan dan masih banyak lagi. Aku saat ini sering tertawa, sering senyum melihat kekocakan teman-teman seperjuanganku itu.
Sebuah bayangan berkelabat di hadapanku,,
“Papa..” panggilku
Sontak teman-teman yang sedang asyik foto-foto mengarahkan pandangan kepadaku.
“Nay,, kamu nggak apa-apa??” tanya mereka
“Aku lihat papa,, aku lihat papa,, aku lihat papa tadi” airmataku langsung jatuh
“Nggak ada siapa-siapa disini selain kita nay,, kamu salah liat. Nah mana kacamatanya?? Kok nggak di pake??” Tanya sofiah
“Nah itu dia,, kamu nggak pake kacamata jadi ngeliat hembusan angin dikira bayangan” tambah afrah
“Udah,, nggak usah nangis,, akhwat militan kok nangis liat bayangan” celetuk nisa yang mengundang tawa semua teman-teman.
Mungkin benar, aku salah lihat! It’s oke!
“Astaghfirullah,, nay darah nay!!” kata nisa
Spontan aku mengambil tissu di tas dan langsung mendongakkan kepalaku ke atas. Teman-teman semua berhenti dan membantuku membersihkan darah yang merembes dari hidungku.
“Nay,, kamu sebenarnya sakit apa? Kok kayak gini?” tanya afrah
“Nggak,, nggak sakit apa-apa, mungkin cuma kecape’an” sanggahku
“udah,, kita pulang,, aku takut nanti kamu tambah parah” kata sofiah
“Nay, kamu aku yang bonceng aja, biar sepedamu di bawa sama nisa” tambah sofiah
Aku hanya bisa anggukkan kepala saja karena memang kepalaku sudah mau pecah rasanya.
Selamat tinggal laut,, selamat tinggal bintang,, selamat tinggal langit,, selamat tinggal semua... maafkan aku merusak keindahan hari ini.
***
Tubuhku sudah lemas, tidak berdaya terkapar di tempat tidur. Entah apa yang kurasakan, tubuh terasa sangat ringan.
Aku rindu kakak.
Kakak,, apa kabarmu? Baik-baikkah kau disana?? Maafkan adikmu ini
Terbayang kembali semua percakapan dan rasa gembira yang Allah berikan melalui perantara beliau. Kapan aku bisa merasakan itu kembali? Masih adakah kesempatan itu? Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawab itu semua.
***
Aku merasakan kantuk yang sangat memberatkan mata, mungkin pengaruh obat yang ku minum tadi. Aku terlelap dalam tidur nyenyakku. Berharap mimpi indah.
Cahaya putih muncul,, menyapaku dalam mimpi. Suara yang begitu lembut, suara yang tidak asing lagi di telingaku.
“Nayla sayang,,” sapa suara itu
“Papa,, papa dimana?? Ini nayla,, papa ada dimana?? Papaa” teriakku kegirangan
“Papa disini sayang,,” suara  yang di ikuti sosok putih, tampan, dan bercahaya
Ku berlari kencang dan memeluk sosok itu. Sosok yang selama ini ku rindukan. Airmata berhamburan membanjiri pipiku.
“Nayla rindu papa,, rinduu” kataku terisak-isak
“Iya sayang,, papa tau. Sebentar lagi kita akan pulang sayang, nayla sama papa akan pulang bersama-sama, nanti papa akan jemput nayla” ucap papa sambil mengelus kepalaku.
“nayla mau ikut papa sekarang saja, nayla mau sama-sama papa” kataku merengek
“belum bisa sayang,, nanti yah,, papa tunggu nayla disini. Papa sayang nayla, terima kasih sudah membuat papa bahagia.” Ujar papa
“Nayla buat papa bahagia??” tanyaku
“iya sayang, papa bahagia dengan doa yang nayla kirim, papa bahagia dengan kerudung dan jilbab yang nayla pakai, papa bahagia dengan apa yang nayla lakukan” jawab papa
“nayla cantik nggak pa??” sambil memperlihatkan kerudung dan jilbab putih bermanik-manik yang aku pakai. Aku berputar-putar memperlihatkan kecantikan jilbab dan kerudungku itu.
“Cantik sayang,, sangat cantik,, kamu seperti wanita yang mau menikah,, papa sayang nayla” ujar papa
Tiba-tiba semua gelap,hitam dan hilang.
“Papaaa,,, papaaaa,,” teriakku
Hanya mimpi??? Airmataku langsung berhamburan. Aku rindu papa, sangat rindu.
Bunda berlari menghampiriku dan memelukku dengan kuat. Bunda ketakutan mendengarkan aku teriak-teriak.
“nayla kangen papa bunda,, nayla tadi ketemu papa. Papa bilang nayla mau di ajak pulang” kataku sambil terisak-isak.
Bunda tidak berkata apa-apa, bunda hanya bisa diam dan memelukku lebih erat.
***
Aku dilarikan kembali ke Rumah sakit setelah pingsan beberapa kali. Kondisi ku rasakan sangat down, aku tidak bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah. Alat-alat mengerikan terpasang kembali ke tubuhku yang kecil dan kurus ini. Suasana ICU yang mendukung, bunyi-bunyi alat-alat mengerikan itu sangat terdengar jelas di telingaku. Aku rasakan tubuhku melayang,, ku lihat sosok cahaya datang menyapaku dengan lembut.
Papa pun mendekatiku.
“waktunya pulang sayang” bisik papa di telingaku
Aku tahu,, sekaranglah waktunya aku pulang.
Aku melihat orang-orang yang aku sayang untuk terakhir kalinya.
Semua terasa lembut, halus, melayang.
Cahaya lampion ku lihat semakin redup, seredup hatiku.
“Bunda”
Maafkan nayla selama ini hanya bisa buat bunda susah, maafkan nayla juga yang belum bisa membalas semua ini. Maafkan nayla yang belum bisa berbakti sama bunda,, maafkan nayla bunda.
“Teman-teman”
Aku bahagia memiliki kalian semua, aku bahagia bisa menjadi pejuang bersama kalian, aku bahagia bisa tertawa dan bercanda dengan kalian, maaf tidak bisa menemani kalian untuk berjuang lagi. Tetap istiqomah ya,, maaf nayla tidak bisa bermain dengan kalian lagi di laut nanti.
“Kakak”
Kakak,, maafkan nayla sudah tidak bisa memberikan kabar apapun lagi. Maafkan nayla yang tidak sempat pamitan lagi. Maafkan nayla yang tidak bisa menepati janji untuk sembuh. Boneka bintang biru sekarang ada dalam pelukan nayla. Nayla sangat bahagia,, sangaaat bahagia,, nayla hanya akan ingat “Langit nayla hanya satu”, nayla berharap kakak tidak akan pernah lupa bahwa kakak pernah punya satu bintang sirius.
Sudah saatnya nayla pulang,,
Nayla sayang kalian semua,,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar