Waktunya Pulang Sayang
“Papa,, aku rindu” lirihku
Tidak terasa waktu berjalan
begitu cepat. 18 tahun berlalu aku lalui tanpa kasih sayang seorang ayah.
Airmata yang menggantung di kelopak mata tidak sabar untuk segera membanjiri
pipi. Alangkah rindu ini menyesakkan dada. Hanyalah sebuah foto lusuh yang aku
punya. Hanya foto itu yang bisa ku peluk ketika rindu. Hanya foto itu yang bisa
aku cium dengan airmata. Yang aku tahu hanyalah “Allah lebih mencintai beliau
daripada aku”.
“Papa,, apakah engkau rindu juga
padaku???” tanyaku pada langit malam yg kelabu
Kadang rasa iri bergelayut dalam
hati ketika melihat anak-anak yang merengek manja di pelukan ayahnya. Hanya
seulas senyuman yang terpancar dari wajah melihat pemandangan indah itu. Aku
juga ingin merasakan itu, sangat ingin merasakan.
Kasih sayang seorang Ibu pun
jarang kurasakan. Adanya Broken Home yang terjadi membuat komunikasi antara aku
dengan beliau sangat kurang. Kakak pun telah dipanggi Allah untuk menemani
ayahku di atas sana. Tidak ada lagi yang bisa ku jadikan tempat rengekan, tidak
ada lagi manusia yg bisa ku jadikan tempat bermanja. Aku sendiri...
***
“Nayla,, hari ini kita halaqoh di
pelataran masjid kampus jam 16.00” Afrah mengingatkan
“Insya Allah. Oh iya, sudah hafal
surat Al-Baqarah 214 belum??” tanyaku
“astaghfirullah! Ana lupa,, ayat itu membahas tentang apa
nay?”
“Surat Al-Baqarah 214 membahas
tentang Ujian yang akan Allah berikan kepada orang-orang yang mengaku beriman.
Sama ana ada tafsirnya,, kalau mau antum bisa pinjam sekaligus di hafal, karena
itu akan menjadi bahan review dalam halaqoh nanti” kataku sambil menyerahkan
secarik kertas.
“Syukron” jawab afrah dengan
senyum
Percakapan singkat yang bisa
menggambarkan sosokku dalam cerita ini seperti apa.
Ya,, aku adalah seorang pengemban
dakwah. Pengemban dakwah ideologis, pengemban dakwah yang memperjuangkan tegaknya
Hukum Allah di muka bumi ini, pengemban dakwah yang akan membunuh sistem kufur
yang sedang mencengkram dunia. Tidaklah perlu aku sebutkan nama harokah yang
aku terjuni, cukup hanya itu.
Aku sangat bersyukur kepada
Allah, karena Allah mengizinkanku untuk menggapai hidayah yang manis itu.
Hidayah mengenal Islam, hidayah mengenal Iman, yang ku rasakan itu adalah hadiah yang tiada
taranya di dunia ini.
Dengan mengenal Islam lebih dalam
sekarang aku sadar pada siapa seharusnya aku harus merengek, pada siapa aku
harus menangis, pada siapa aku harus bermanja, pada siapa aku harus mengadu.
Allah,, Engkau begitu sempurna di mataku, sangat Sempurna.
Karena itu, sangat jarang
aku mencurahkan masalah pada manusia.
Aku terlalu tertutup, memendam rasa itu sendiri. Sehingga tidaklah mengherankan
sikap itu membuat aku mendapat penilaian dari teman-teman, pendiam dan keras
dalam pendirian.
***
“Dalam parlemen sekarang lagi
berlangsung penggodokan RUU ORMAS, dimana dalam
waktu dekat akan diresmikan dan disahkan oleh pemerintah. RUU ORMAS
memicu penolakan dari berbagai ORMAS Islam. ORMAS Islam menolak RUU ORMAS
dikarenakan banyak pasal-pasal yang tidak sesuai dan hanya memihak
“orang-orang” tertentu”.
Begitulah berita yang aku dengar
di siaran televisi. Sekarang lagi gempar-gemparnya tentang RUU ORMAS. Kesal,
marah, jengkel menyatu dan bercampur aduk di hati dan fikiranku. Sangat jelas
ketidakmasuk akalan pemerintah tentang RUU ORMAS. RUU ORMAS yang menjadikan
pancasila sebagai asas utama dan yang paling utama oleh sebuah ORMAS. Jikalau
tidak maka ORMAS itu akan dibubarkan. Sangat tidak masuk akal! Seharusnya Islam
yang menjadi asas bukan pancasila. Dengan demikian, jikalau ada ORMAS yang
menjadikan asasnya adalah Islam maka secara otomatis akan dibubarkan. Otaknya pemerintah itu sebenarnya ada
dimana???
Nada sms berbunyi mengagetkanku
dari hayalan tentang RUU ORMAS.
“Assalamu’alaikum dek, hanya
mengingatkan kembali jangan lupa persiapkan diri karena jam 11.00 antum jadi
pemateri diskusi tematik”
Ternyata sms dari kak syifa.
Beginilah rutinitasku, tiada hari tanpa dakwah!
Dengan cepat ku persiapkan
semuanya yang aku butuhkan selama diskusi nanti. Hari ini aku menjadi pemateri
sebuah diskusi yang rutin harokah kami lakukan setiap minggu. Aku akan membawakan materi tentang DEMOKRASI
SISTEM KUFUR. Materi-materi telah aku pelajari semenjak malam kemarin. Namanya
berdakwah haruslah ada yang dapat menyokong pemikiran, meskipun hanya sekedar
membaca materi atau membrowsing di internet.
Diskusi biasanya dihadiri oleh
mahasiswi dari berbagai kampus. Sekedar informasi kegiatan yang aku lakukan
dengan teman-teman seperjuanganku ini hanya dikhususkan untuk akhwat. Ada pun
yang ikhwan itu ada jalurnya tersendiri. Biasanya gabung tapi itu jarang,
itupun jikalau kegiatan bersama. Kita semua pahami bahwa dalam Islam ada aturan
tentang pergaulan antara perempuan dan laki-laki.
Diskusi akan segera dimulai.
Banyak mahasiswi yang datang dari berbagai kampus, aku lihat ada juga yang
berpakaian putih abu-abu yang menandakan ada juga Siswa SMA yg datang. Dengan
mantap aku paparkan segala sesuatu yang aku ketahui tentang demokrasi. Dimulai
dari fakta yg dihasilkan oleh demokrasi tersebut, sejarah yang telah berlalu, analisis
fakta sekaligus solusi. Solusi yang aku tawarkan bukanlah solusi yang
main-main. Solusi yang aku tawarkan adalah solusi yg Perfect, yang bisa
mencakup semua, yg bisa menyelesaikan masalah umat. ISLAM, itulah solusi mutlak
yang aku tawarkan kepada para peserta.
Banyak tanggapan yang aku
dapatkan, ada yang pro dan ada yg kontra.
“Afwan ustadzah, saya mau tanya.
Tadi ustadzah menjelaskan bahwa demokrasi sistem kufur, demokrasi adalah sistem
sampah yang harus dibuang. Akan tetapi, kita lihat kondisi sekarang banyak
partai politik islam yang menggunakan demokrasi. Itu bagaimana? Apakah
pandangan ustadzah dengan mereka berbeda? Kalau difikir sama-sama beragama
Islam.” Tanya salah seorang peserta diskusi
“Pertanyaan yg bagus, tapi
sebelum menjawab ada baiknya saya katakan dulu suatu hal. Jangan panggil saya ustadzah,
panggil saya kakak saja. Oke, beranjak ke pertanyaan. Partai politik islam yang
menggunakan demokrasi. Memang di lapangan banyak partai politik islam yang
bergelut dengan demokrasi, dengan kata lain bermain dalam parlemen. Disini kita
bisa melihat bahwa memang kita sama-sama beragama Islam, tapi cara pandangnya
kita berbeda.
Saya paparkan kembali Firman
Allah :
Dan
barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan(hukum) Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir (QS al-Maidah [5]: 44).
Kita bisa tinjau dari Firman Allah ini. Mari kita
analisis, disini dikatakan bahwa orang kafir itu adalah orang yang tidak
menggunakan hukum Allah. Demokrasi sekarang memakai hukumnya siapa? Apakah
hukumnya Allah? Sekali-kali tidak, hukumnya Allah dibuang adek-adek sekalian.
Kafir disini merupakan perkataan tegas yang menunjukkan kewajiban umat Islam
menggunakan hukum Allah bukan hukum buatan manusia. Bagaimana dengan partai
politik islam di dalam parlemen? Bisa saya katakan mereka tidak bisa berbuat
apa-apa, mereka tunduk di bawah patung burung garuda. Mau menerapkan hukum
Allah dengan cara masuk parlemen itu susah, bahkan mustahil. Ditinjau dari
fakta di lapangan demokrasi tidak mau menerima Islam. Partai-partai politik
yang melabeli mereka dengan islam bukan memperbaiki umat tapi malah tambah
merusak umat. Example, mereka melegalkan UU Terorisme yang notabene
menginjak-injak harga diri umat islam. UU Terorisme menghalalkan nyawa umat
islam atas nama densus 88. Inilah wajah demokrasi sebenarnya! Menurut meeka
demokrasi itu layak bagi umat, iya layak memang. Layak membunuh! Padahal bisa
di lihat tanpa memakai kacamata demokrasi itu rusak, layak di musnahkan.
“Mmmmmm, ada benarnya juga apa yang kakak jelaskan.
Syukron kak, saya sekarang bisa paham walaupun sedikit” kata penanya
“Kalau adek mau, kita bisa lanjut sharing tentang
demokrasi di luar forum ini, bagaimana?” tanyaku
“Wahh, saya mau kak. Insya Allah” Jawabnya
“Insya Allah” Jawabku kembali
Dalam hati aku berkata “Alhamdulillah dapat calon
kontakan nih” (hehehehe).
Tiba-tiba ada suara yg muncul dari arah belakang.
“Afwan, saya mau menyanggah pernyataan kakak tadi.
Saya mengambil kesimpulan bahwa kakak mengatakan partai politik islam yang
bergelut dalam parlemen itu melakukan kesalahan. Kesalahan disini karena
bermain dengan demokrasi. Disini saya tidak setuju, karena pada faktanya mereka
itu lebih baik daripada hanya tau bicara saja. Berkoar-koar kesana kemari tapi
no action saya rasa lebih buruk. Saya berikan perumpamaan, negara ini anggaplah
sebuah rumah yang kotor, kalau ingin membersihkan ya harus masuk ke dalam,
berani berkotor ria, yang penting bersih. Daripada Cuma bisa teriak-teriak di
luar.” Tanya seorang peserta dengan nada agak marah
“Ehem, pertanyaan yg sangat bagus bahkan sampai pakai
logika perumpamaan” jawabku dengan senyuman
“Logika perumpamaan akan seimbang jika disandingkan
dengan logika perumpamaan juga. Bukan begitu?? Tapi saya tidak butuh jawaban,
karena pasti apa yang saya katakan benar adanya. Logika perumpamaan “negara ini
anggaplah sebuah rumah yang kotor, kalau ingin membersihkan ya harus masuk ke
dalam, berani berkotor ria, yang penting bersih.”, saya pun memakai logika
perumpamaan yang sama. Anggaplah negara ini sebuah rumah yang dihuni oleh para
perempuan-perempuan pelacur, nah jikalau memakai logika perumpamaan seperti yg
antum fikirkan, secara otomatis antum harus jadi pelacur dulu baru bisa
membersihkan rumah yang dihuni oleh para pelacur tersebut. Berani berkotor ria,
yang penting bersih. Apakah begitu? Sekali-kali tidak. Jangan pernah mencampur
adukkan antara haq dan batil. Kita harus ketahui bahwa standar perbuatan
manusia itu hanyalah dua, halal & haram. Kalau halal ya halal, nggak boleh
diharamkan, kalau haram ya haram, nggak boleh dihalalkan. Jangan pernah jadi
abu-abu dalam masalah keimanan. Mendukung demokrasi sama dengan menggadaikan
aqidah kita hanya demi kekuasaan. Mau membersihkan negara atau dunia dari
demokrasi jalannya harus sesuai, nggak boleh keluar dari jalur Islam. Bisa jadi
membuat kesalahan yang fatal. Kalaupun partai politik yang melabeli partai
dengan islam seharusnya berpihak pada umat. Sekarang apa yang kita rasakan?
Sejahtera? Kita malah tambah susah, BBM naik, Kenaikan Listrik, masalah korupsi
yg nggak habis-habis. Kemana partai politik yg berlabel islam itu?? Mungkin
bisa dijawab sendiri” jawabku santai
Ku lihat peserta yang bertanya diam seribu bahasa. Ku
lemparkan seulas senyum untuknya.
“Ya, afwan sebelumnya adek-adek. Waktu menunjukkan
pukul 13.00 WIB, itu tandanya waktu diskusi kita sudah hampir habis. Terima
kasih untuk adek-adek semua serta teman-teman yang ikut berpartisipasi datang
dan bertanya. Kami berharap diskusi seperti ini akan selalu menjadikan ajang
silaturahmi dan bertukar pikiran akan Islam. Kami memohon maaf apabila ada
kata-kata yang salah. Kesalahan dari kami pribadi dan kebenaran datangnya dari
Allah Subhanallahu wa ta’ala. Kami tutup dengan mengucapkan istighfar, do’a
kafaratul majlis dan hamdallah (Alhamdulillah), wassalamu’alaykum
warahmatullahi wabarakatuhu” kata moderator menutup diskusi.
***
Hari yang cukup melelahkan
bagiku. Ku langkahkan kaki ke arah kost yang tidak jauh dari kampus, ku rasakan
badanku tidak enak. Setelah sampai aku rebahkan tubuh, capek yang sangat
terasa. Mungkin tidur sejenak bisa merubah kondisi menjadi lebih baik.
“Papa telepon,,, papa hua telepon
papa tau, kama telepon fut cooome,, papaaaa telepoooon cak cak dulumn” suara
bayi yang merupakan nada dering HP yang buatku terbangun.
“Afrah”
Nama yang tertera di layar HP,
belum sempat di angkat sudah keburu mati.
Tidak lama nada Sms berbunyi
“Nay,, dimana?? Udah jam 15.30
nih, cepetan datang”
Baca sms itu aku langsung bangun
dan menyambar handuk. Aku lupa sore ini halaqoh, segera ku bersiap-siap dan
berangkat menuju kampus.
Perhalaqohan ku rasakan seperti
“carsh” yang bisa mengisi semangatku kembali. Bercanda dan mendiskusikan
permasalahan umat, menambah tsaqofah dan membuat aku semakin paham bahwa Islam
adalah agama yang paling Sempurna. PERFECT!
“Nay,, kamu nggak apa-apa? Kok pucat?”
tanya musyrifah
“Pucat kak? Masa sih? Ah nggak
apa-apa, Cuma sakit sedikit kok” sanggahku
“Jangan bohong dek, wajahmu itu
pucat sekali. Kalau sakit istirahat dulu, umat butuh kita loh. Kalau nay sakit
itu berarti umat kehilangan 1 pejuang. Mau kayak begitu?” Tanya musyrifah
“Nggak mau kak” jawabku sambil
cengengesan
“Makanya istirahat yang cukup”
tegasnya
***
Huuuufffttt...
Tidak terasa 2 minggu berlalu,
sakitku belum ada tanda-tanda kesembuhan.
Demam, sakit kepala, mual, muntah dan mimisan yang ku alami belum ada
tanda-tanda ke arah yang lebih baik. Kurasakan semakin parah.
Kondisiku sampai juga ke telinga
musyrifah lewat seorang teman, beliau mengajakku untuk mengikuti terapi yang
kebetulan musyrifah dari musyrifahku yang mengelola. Akupun mengiyakan karena
pada dasarnya aku tidak tertarik ke dokter.
“Dek, sudah lama sakit seperti
ini?” tanya ustadzah
“sekitaran 2 minggu ustadzah,,
ada apa?” tanyaku
“Ndak apa-apa” jawab ustadzah
dengan senyum simpul
Senyum yang aneh, begitulah yang
terbersit dalam kepalaku
“Hasilnya gimana mbak?” tanyaku |
kebetulan orang jawa makanya di panggil “mbak”.
“Antum itu maagnya bengkak, liver
juga, terus kelenjar getah beningnya juga bengkak” jelas ustadzah
“Jaga kondisi loh dek,, jangan
terlalu capek” sambung musyrifahku
*Kelenjar getah bening bengkak*
Kalimat itu menggangguku. Ku
ingat bahwa pada saat kakakku di vonis leukemia salah satu ciri yang dokter
sebutkan adalah kelenjar getah bening membengkak.
Ah tidak,, segera ku buang jauh
fikiran itu. Ustadzah memberikan obat herbal 2 botol untuk ku minum.
“Habiskan obat itu, jangan
malas!” kata ustadzah yang ku sambut dengan tawa
Apa yang ustadzah katakan sangat
menggangguku.
“Kelenjar Getah Bening bengkak”
Apakah ada hubungannya dengan
leukemia?
Entahlah...
***
Hujan..
Tempat ini sangat indah jika
hujan turun, rasanya ingin bermain-main ria menikmati rintik-rintik hujan. Tapi
sayang, aku hanya bisa menatap itu dari balik kaca kamarku.
Ya,, sekarang aku hanya bisa
terbaring lemah di tempat tidur. Hasil test darah yang mengatakan aku positif
leukemia memaksaku untuk menetap di kamar.
Aku rindu dengan teman-teman, aku
rindu dakwah, aku rindu anak-anak kajianku. Aku rindu semua itu.
“Ya Allah,, izinkan hamba untuk
merasakan kembali semua itu” pintaku dengan tangis
***
Tapi di balik semua itu aku
bersyukur, karena aku bisa mengenal salah seorang kakak. Meskipun hanya lewat
dunia maya, tapi kehadirannya sangat kurasakan. Perhatiannya, kasih sayangnya,
galaknya, aku suka itu.
Kadang aku rewel, kadang aku
ngambek, kadang pun aku tertawa bersamanya. Meskipun hanya dunia maya tapi aku
bersyukur. Aku merasa mendapatkan kasih sayang dari seorang kakak.
Kita pernah chatting lewat YM
*Dek,, istirahat dulu. Online
terus, kapan sembuhnya kalau begini?
#nggak apa-apa,, nay nggak punya temen
:’( | Bete sendiri
*Udah,, kakak nggak mau dengar
alasan lagi, matikan laptop trus istirahat
#nggak mau :P
*Adeeeeeekkk, bandel banget
sih!!! Kakak itu sedih kalau dengar adek sakit-sakit terus begini L
#Nay nggak apa-apa, nay nggak
sakit! X-(
*Gini aja,, kalau nay sembuh,
kakak akan kasih hadiah. Gimana??? Mau??
Dengar kata hadiah, hatiku
langsung gembira bukan main.
#mauuuuuuuuuuuuuuuuu,,,janji ya??
*Janji deh, yang penting sembuh
dulu
#nay mau boneka kakak
*Loh,, kok malah nay yang
nentuin,, kan yg ngasih kakak,, piye to?
#pokoknya nay mau boneka!! :’(
*Iya... iya... aduuuhhh... susah
juga punya adek manja seperti ini.
#Biarin :P
Itulah percakapan singkat. Lucu,
senang dan gembira aku rasakan, hitung-hitung sebagai pelipur hati.
Kesembuhan dikarenakan hadiah
boneka, mungkin itu yang membuatku semangat. Kesehatanku berangsur membaik. Dan
bisa lagi berkumpul dan berdakwah kembali. Alhamdulillah..
Boneka pun kudapatkan sudah,,
Boneka bintang warna biru. Kemanapun aku membawa boneka itu, ke kost, ke mabit,
kemana saja.
*Nay,,, ingin menjadi seperti
bintang sirius yang tetap bercahaya terang seburuk apapun cuaca di atas sana*
*Kakak akan jadi langitnya dek,,
langit hanya tau bahwa dia hanya mempunyai 1 bintang sirius*
***
Gelap ku rasakan, sepi dan sunyi.
Aku dimana???
Sesaat cahaya terang benderang
menyilaukan mata muncul, jelas dan semakin jelas.
“Cahaya lampu”
“Sudah bangun nak??” sapa lembut
bunda
“Bunda..” lirihku
“Nay,, ada dimana??” tanyaku
bingung
“Nay ada di Rumah Sakit sayang,,
3 hari lalu nay mimisan sama muntah-muntah terus pingsan di kampus” terang
bunda
“Nay mau pulang” lirihku
“kenapa?? Kan masih sakit” Kata
bunda sambil geleng kepala
“Pokoknya nay mau pulang,, nay
nggak apa-apa. Nay masih bisa berdiri,, nay masih bisa senyum itu berarti nay nggak
apa-apa. Nay nggak perlu pake infus segala,, nggak perlu pake selang oksigen”
Ucapku sambil menangis
Bunda langsung memeluk tubuhku
yang semakin hari semakin kurus. Mengusap rambutku yang semakin hari semakin
tipis.
“Belum bisa pulang sayang,,
sembuh dulu” Ucap bundaku lembut
Aku terisak-isak dalam pelukan
bunda, aku baik-baik saja. Kenapa harus di pasang alat-alat yang mengerikan
ini. Begitu banyak obat yang aku konsumsi, tapi tidak menunjukkan perubahan
sedikitpun.
***
Kesembuhan pun datang menghampiriku..
“Assalamu’alaikum,,, teman-teman
seperjuangan semua,, nay pengen liat laut nih,, sunset sekalian bintang,, ada
yang mau temanin nayla nggak???”
“klik”
Ku kirim sms singkat itu ke semua
teman-teman (syabah), berharap ada yang menanggapi.
Nada dering berulang kali
berbunyi, pertanda banyak yang menanggapi. Ternyata mereka mau semua. Akhirnya
di rencanakanlah sore ini akan pergi ke laut melihat sunset sekaligus bintang.
Teman-teman begitu antusias
menemaniku, dengan bersepeda ria kita menuju ke tempat yang direncanakan.
Sangat menyenangkan, tertawa bersama, bercanda, bernyanyi-nyanyi ria. Sungguh
tidak akan pernah ku lupakan hari ini.
Suasana laut yang membuat hatiku
tenang, teduh dan damai. Di temani selaksa tawa bersama teman-teman
seperjuangan. Canda tawa terpatri dalam hati, senyum manis menghiasi wajah
cantik teman-temanku. Aku melihat keceriaan yang begitu mempesona dari
pertemanan ini.
Aku melihat hamparan laut dan
hanya 1 kata yang keluar dari bibir pucatku “Subhanallah”. Betapa indah laut
yang berada di depanku. Ombak yang menghantam batu karang dengan kerasnya,
ombak yang menari-nari di bawah kakiku.
Ada perasaan yang terbesit dalam
hati, bahwa ini adalah waktu terakhirku melihat pemandangan seperti ini. Dari
tempat duduk aku mengabadikan semua canda tawa teman-temanku yang bergembira
ria.
“Aku bangga mempunyai teman-teman
seperti kalian,, kalian masih bisa tersenyum walaupun di pundak kalian ada
beban yang berat. Aku bangga melihat ketegaran kalian, senyum dan canda tawa
kalian saat ini menandakan kalian itu adalah umat pilihan, tetap istiqomah
kawan, aku sayang kalian semua” batinku dalam hati
Akupun segera berlari kecil
menghampiri mereka yang sedang main-main air. Basah-bahasan dengan cara saling
memercikkan air ke satu sama lain.
“Nay,, ikut donk” kataku sambil
ikut menceburkan diri bersama mereka
Sangat indah, aku tidak ingin ini
berakhir. Setidaknya ada yang bisa aku ingat bahwa aku pernah merasakan
indahnya laut dan gembiranya canda tawa hari ini.
“Eh,, foto-foto yuk” kataku
“Ayooooooo” jawaban serentak yang
berhasil mengundang tawaku
Foto demi foto tersimpan sudah
dalam memori HP, otak dan Hati ini. Gaya gokil, serius, militan dan masih
banyak lagi. Aku saat ini sering tertawa, sering senyum melihat kekocakan
teman-teman seperjuanganku itu.
Sebuah bayangan berkelabat di
hadapanku,,
“Papa..” panggilku
Sontak teman-teman yang sedang
asyik foto-foto mengarahkan pandangan kepadaku.
“Nay,, kamu nggak apa-apa??”
tanya mereka
“Aku lihat papa,, aku lihat
papa,, aku lihat papa tadi” airmataku langsung jatuh
“Nggak ada siapa-siapa disini
selain kita nay,, kamu salah liat. Nah mana kacamatanya?? Kok nggak di pake??”
Tanya sofiah
“Nah itu dia,, kamu nggak pake
kacamata jadi ngeliat hembusan angin dikira bayangan” tambah afrah
“Udah,, nggak usah nangis,,
akhwat militan kok nangis liat bayangan” celetuk nisa yang mengundang tawa
semua teman-teman.
Mungkin benar, aku salah lihat!
It’s oke!
“Astaghfirullah,, nay darah
nay!!” kata nisa
Spontan aku mengambil tissu di
tas dan langsung mendongakkan kepalaku ke atas. Teman-teman semua berhenti dan
membantuku membersihkan darah yang merembes dari hidungku.
“Nay,, kamu sebenarnya sakit apa?
Kok kayak gini?” tanya afrah
“Nggak,, nggak sakit apa-apa,
mungkin cuma kecape’an” sanggahku
“udah,, kita pulang,, aku takut
nanti kamu tambah parah” kata sofiah
“Nay, kamu aku yang bonceng aja,
biar sepedamu di bawa sama nisa” tambah sofiah
Aku hanya bisa anggukkan kepala
saja karena memang kepalaku sudah mau pecah rasanya.
Selamat tinggal laut,, selamat
tinggal bintang,, selamat tinggal langit,, selamat tinggal semua... maafkan aku
merusak keindahan hari ini.
***
Tubuhku sudah lemas, tidak
berdaya terkapar di tempat tidur. Entah apa yang kurasakan, tubuh terasa sangat
ringan.
Aku rindu kakak.
Kakak,, apa kabarmu? Baik-baikkah
kau disana?? Maafkan adikmu ini
Terbayang kembali semua
percakapan dan rasa gembira yang Allah berikan melalui perantara beliau. Kapan
aku bisa merasakan itu kembali? Masih adakah kesempatan itu? Entahlah, hanya
waktu yang bisa menjawab itu semua.
***
Aku merasakan kantuk yang sangat
memberatkan mata, mungkin pengaruh obat yang ku minum tadi. Aku terlelap dalam
tidur nyenyakku. Berharap mimpi indah.
Cahaya putih muncul,, menyapaku
dalam mimpi. Suara yang begitu lembut, suara yang tidak asing lagi di telingaku.
“Nayla sayang,,” sapa suara itu
“Papa,, papa dimana?? Ini nayla,,
papa ada dimana?? Papaa” teriakku kegirangan
“Papa disini sayang,,” suara yang di ikuti sosok putih, tampan, dan
bercahaya
Ku berlari kencang dan memeluk
sosok itu. Sosok yang selama ini ku rindukan. Airmata berhamburan membanjiri
pipiku.
“Nayla rindu papa,, rinduu”
kataku terisak-isak
“Iya sayang,, papa tau. Sebentar
lagi kita akan pulang sayang, nayla sama papa akan pulang bersama-sama, nanti
papa akan jemput nayla” ucap papa sambil mengelus kepalaku.
“nayla mau ikut papa sekarang
saja, nayla mau sama-sama papa” kataku merengek
“belum bisa sayang,, nanti yah,,
papa tunggu nayla disini. Papa sayang nayla, terima kasih sudah membuat papa
bahagia.” Ujar papa
“Nayla buat papa bahagia??” tanyaku
“iya sayang, papa bahagia dengan
doa yang nayla kirim, papa bahagia dengan kerudung dan jilbab yang nayla pakai,
papa bahagia dengan apa yang nayla lakukan” jawab papa
“nayla cantik nggak pa??” sambil
memperlihatkan kerudung dan jilbab putih bermanik-manik yang aku pakai. Aku
berputar-putar memperlihatkan kecantikan jilbab dan kerudungku itu.
“Cantik sayang,, sangat cantik,,
kamu seperti wanita yang mau menikah,, papa sayang nayla” ujar papa
Tiba-tiba semua gelap,hitam dan
hilang.
“Papaaa,,, papaaaa,,” teriakku
Hanya mimpi??? Airmataku langsung
berhamburan. Aku rindu papa, sangat rindu.
Bunda berlari menghampiriku dan
memelukku dengan kuat. Bunda ketakutan mendengarkan aku teriak-teriak.
“nayla kangen papa bunda,, nayla
tadi ketemu papa. Papa bilang nayla mau di ajak pulang” kataku sambil
terisak-isak.
Bunda tidak berkata apa-apa,
bunda hanya bisa diam dan memelukku lebih erat.
***
Aku dilarikan kembali ke Rumah
sakit setelah pingsan beberapa kali. Kondisi ku rasakan sangat down, aku tidak
bisa berbuat apa-apa kecuali pasrah. Alat-alat mengerikan terpasang kembali ke
tubuhku yang kecil dan kurus ini. Suasana ICU yang mendukung, bunyi-bunyi
alat-alat mengerikan itu sangat terdengar jelas di telingaku. Aku rasakan
tubuhku melayang,, ku lihat sosok cahaya datang menyapaku dengan lembut.
Papa pun mendekatiku.
“waktunya pulang sayang” bisik
papa di telingaku
Aku tahu,, sekaranglah waktunya
aku pulang.
Aku melihat orang-orang yang aku
sayang untuk terakhir kalinya.
Semua terasa lembut, halus,
melayang.
Cahaya lampion ku lihat semakin
redup, seredup hatiku.
“Bunda”
Maafkan nayla selama ini hanya
bisa buat bunda susah, maafkan nayla juga yang belum bisa membalas semua ini.
Maafkan nayla yang belum bisa berbakti sama bunda,, maafkan nayla bunda.
“Teman-teman”
Aku bahagia memiliki kalian
semua, aku bahagia bisa menjadi pejuang bersama kalian, aku bahagia bisa
tertawa dan bercanda dengan kalian, maaf tidak bisa menemani kalian untuk
berjuang lagi. Tetap istiqomah ya,, maaf nayla tidak bisa bermain dengan kalian
lagi di laut nanti.
“Kakak”
Kakak,, maafkan nayla sudah tidak
bisa memberikan kabar apapun lagi. Maafkan nayla yang tidak sempat pamitan
lagi. Maafkan nayla yang tidak bisa menepati janji untuk sembuh. Boneka bintang
biru sekarang ada dalam pelukan nayla. Nayla sangat bahagia,, sangaaat
bahagia,, nayla hanya akan ingat “Langit nayla hanya satu”, nayla berharap
kakak tidak akan pernah lupa bahwa kakak pernah punya satu bintang sirius.
Sudah saatnya nayla pulang,,
Nayla sayang kalian semua,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar